
Makalah
Teori Belajar Revolusi Sosiokultural
&
Penerapannya Dalam Pembelajaran
KATA PENGANTAR
Karya tulis ini
dibuat sebagai salah satu tugas dalam rangka mengikuti
mata kuliah Teori Pembelajaran yang
dibimbing oleh dosen . Mata kuliah itu berada di bawah binaan Dosen Pembimbing.
Disadari
sepenuhnya, bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Hal
itu antara lain karena keterbatasan
sumber yang digunakan. Namun demikian,
harapan penulis tidak lain, semoga
karya ini memenuhi syarat bagi kelulusan
dalam mengikuti mata kuliah
tersebut.
Dengan kerendahan hati, karya ini penulis
sampaikan kepada Dosen Pembibing yang telah memberikan penerangan.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks
ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, bersifat relatif permanen dan
prosesnya ditandai dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pebelajar
baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. Berkaitan dengan hasil dari
belajar yang dialami ada teori belajar yang sering diterapkan dalam dunia
pendidikan yaitu teori belajar behavioristik walaupun ada juga yang telah
mengaplikasikan berbagai teori belajar yang ada. Bila hanya menggunakan
paradigma behavioristik maka akan terbentuk pebelajar yang hanya menjunjung
tinggi kekerasan.
Pengetahuan dari waktu ke waktu selalu mengalami
perkembangan, begitu dengan pendidikan. Manusia memperoleh pengetahuan dari
berbagai sumber antara lain pengalaman pribadi, pendapat ahli, tradisi,
intuisi, penalaran dan keyakinan benar salah. Dari penjelasan ini jelas
pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ditangkap oleh manusia mengenai obyek
sebagai hasil dari proses mengetahui baik melaui indra maupun akal.
Perkembangan pengetahuan sejalan dengan
perkembangan berbagai teori belajar, karena pengetahuan salah satunya diperoleh
dengan belajar, sehingga tidak mustahil bermunculan teori-teori belajar antara
lain teori belajar koneksionalisme, kondisioning, behaviorisme dan laian-lain,
yang masing-masing teori mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Mencermati berbagai teori-teori belajar dengan
segala kelebihan dan kekurangannya, Vygotsky seorang psikolog berpandangan
bahwa anak membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya, dan tidak secara
pasif menerima pengetahuan yang diberikan kepadanya (Vygotsky dalam Mukminan;
35). Pendapat tersebut hampir sama dengan Pieget yang menyatakan bahwa
pembentukan pengetahuan itu terjadi melalui interaksi anak dengan obyek fisik
secara langsung dan anak melakukan sendiri. Kedua hal inilah yang kemudian
mendasari munculnya teori kontruktivisme.
B. Perumusan Masalah
Belajar merupakan suatu proses yang komplek yang
terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, baik lingkungan
alam maupun sosial budayanya. Dalam proses belajar bila kita hanya mengandalkan
paradigma behavioristik maka kita akan mencetak orang-orang yang mengagungkan
kekerasan dan mengadalkan keseragaman, tapi tidak menghargai adanya perbedaan.
Hal ini terjadi karena siswa harus mempersiapkan diri memasuki era demokrasi
yang sebenarnya adalah era yang ditandai dengan keragaman perilaku, adanya
penghargaan terhadap saesuatu yang bebedasehingga perlu adanya perubahan
dibidang pendidikan dan pembelajaran dengan teori belajar sosiokultural.
Mekanisme teori yang digunakannya untuk
menspesifikasi hubungan antara pendekatan sosio-kultural dan pemfungsian mental
didasarkan pada tema mediasi semiotik, yang artinya adalah tanda-tanda atau
lambang-lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya berfungsi sebagai
penengah antara rasionalitas dalam pendekatan sosiokultural dan manusia sebagai
tempat berlangsungnya proses mental.
setiap kemampuan seseorang akan
tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat
orang-orang membentuk lingkungan sosialnya (dapat dikategorikan sebagai
interpsikologis atau intermental), dan tataran psikologis di dalam diri orang
yang bersangkutan (dapat dikategorikan sebagai intrapsikologis atau
intramental). Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan
sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan
serta perkembangan kognitif seseorang dikatakannya bahwa fungsi-fungsi mental
yang lebih tinggi dalam diri seseorang akan muncul dan berasal dari kehidupan
sosialnya. Sementara itu fungsi intramental dipandang
sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan
dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
Pada mulanya anak
berpartisipasi dalam kegiatan sosial tertentu tanpa memahami maknanya.
Pemaknaan atau kontruksi pengetahuan baru muncul atau terjadi melalui proses
internalisasi. Namun internalisasi yang dimaksud oleh Vygotsky bersifat
transformatif, yaitu mampu memunculkan perubahan dan perkembangan yang tidak
sekedar berupa transfer atau pengalihan. Maka belajar dan perkembangan
merupakan satu kesatuan dan saling menentukan.
BAB II
- Hakekat Belajar Revolusi Sosiokultural
Teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya
pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah Menekankan interaksi
antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada
lingkungan sosial pebelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal
dari interaksi sosial masing – masing individu dalam konsep budaya.
Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani
tugas – tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone
of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah
jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan
potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan
pertukaran pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh
berbagai pengetahuan dan ketrampilan melalui interakso sehari-hari baik
lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan
perkembangna kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran
berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi
individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder.
BAB. III
Penutup
- Kesimpulan
Setelah melalui proses yang telah
dijalani melalui teori Sosiokultural ini dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya teori ini menempatkan
intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap
pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang dikatakannya
bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi dalam diri seseorang akan muncul
dan berasal dari kehidupan sosialnya. Sementara itu fungsi intramental
dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui
penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
- Saran
Kritikan dan
saran pembaca sangat diharapkan oleh penulis,untuk bias mengoreksi kekurangan
yang terdapat dalam penulisan makalah ini,sehingga untuk kedepannya penulis
dapat memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah yang
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan untuk digunakan sebagai
mana yang diharapkan.
0 Tinggalkan komentar:
Posting Komentar